Jumat, 25 Maret 2011

Behind Girl's Tears

Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya,
melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.

Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya,
Melainkan karena pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air matanya.

Ketika wanita menangis,
Itu bukan karena dia ingin terlihat lemah,
melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat.
- Let Go, Windhy Puspitadewi.

Menyentuh sekali bukan kalimat di atas? Setidaknya bagi kaumku, -kaum perempuan. Tapi menurutku justru yang harusnya tersentuh oleh kata-kata ini adalah lawan jenis kaumku, siapa lagi kalau bukan kaum laki-laki.

Apakah kalian (kaum perempuan) pernah menangis? Oh ayolah, kalian adalah manusia paling munafik apabila menjawab 'tidak pernah'. Tapi kalian tentu mengerti kan maksudku? Aku tidak menghitung saat kalian menangis sewaktu masih kecil, maksudku adalah saat kalian mulai mengenal arti hati dan perasaan, dan kalian menangis karena itu.

Hei tunggu, hati dan perasaan itu belum tentu hanya berarti soal cinta kan? Arti sebuah hati dan perasaan disini bersifat umum, walaupun mayoritas di kalangan remaja sepertiku mendefinisikannya sebagai cinta (kepada lawan jenis, tentunya). Baiklah, aku juga tidak mau munafik, aku mungkin lebih mencondongkan definisi hati dan perasaan ini ke arah.. Cinta, cinta di kalangan remaja sekelilingku.

Jujur, aku mengakui bahwa aku termasuk orang yang gampang mengeluarkan air mata. Cengeng. Kalian boleh sebut begitu. Dan mungkin sebagian diantara kalian juga bersifat sama sepertiku. Tapi apakah kalian (kaum lelaki yang memfonis orang-orang sepertiku adalah tak lebih dari seorang anak mami yang cengeng) tau bahwa selalu akan ada sesuatu yang mendasari air mata itu untuk mengalir dan membasahi sebagian pipi kami? Apakah kalian tau seberapa usaha kami menahan dan meredam air mata itu agar tak merebak dan jatuh di depan mata kalian?

Untuk para lelaku, tolong jawab pertanyaanku. Apa yang kalian rasakan apabila melihat seorang perempuan menangis di hadapan kalian? Apa yang akan kalian lakukan? Tersentuh? Sedikit peka? Cuek? Atau bahkan menertawakan? Aku yakin pilihan terakhir hanya akan dilakukan oleh orang yang hatinya berselimut kabut tebal dan hitam. Baiklah, pertanyaan di atas ditujukan untuk kalian yang tidak mempunyai perasaan apapun kepada siapapun. Lalu bagaimana jika ini terjadi pada perempuan yang kamu kagumi, atau kamu sayangi mungkin? Apa yang akan kamu lakukan? Kalau kamu bersikap biasa saja, maka jangan pernah menghardik perasaan itu adalah perasaan sayang. Nyatanya itu tak lebih dari mengagumi.

Satu yang tidak boleh kamu lakukan. Menghardik mereka. Tears are the words that mouth can't say. Air mata adalah sebuah jalan lain untuk memberitahukanmu apa yang tidak bisa terucap secara lisan. Perempuan menangis saat ia sudah kehabisan tenaga untuk berkata-kata, dan sering kali para lelaki tidak menyadari itu.

Tidak jarang kaum perempuan menangis setiap ada masalah yang datang. Apakah tangisan itu dapat menyelesaikan masalah? Tidak. Tapi tangisan itu terkadang mampu memberikan sebuah bantuan tersendiri, setelah semua kegundahan, kesakitan, kepedihan, seakan keluar dan melebur jadi satu dalam aliran air yang disebut air mata.

Pernahkah kamu tau bahwa hampir semua perempuan selalu menyembunyikan air matanya di belakang punggungmu? Mereka menahannya mati-matian, dan kamu tidak akan pernah tau bahwa itu adalah salah satu hal yang paling menyakitkan. Dan apabila suatu saat seorang perempuan dengan jelas menangis di depanmu, mengadu padamu, saat itulah dia benar-benar rapuh dan persediaan senjata pertahanannya telah habis tak tersisa. Saat itulah ia benar-benar tidak sanggup untuk berpura-pura kuat lebih lama lagi. Saat itulah ia merasa membutuhkan sebuah tameng untuk menopangnya agar tidak terjatuh lebih dalam lagi. Saat itulah ia benar-benar membutuhkanmu untuk menyembunyikan air mata itu, namun tidak lagi di balik punggungmu, melainkan di dada serta pundakmu. Dan saat itulah ia benar-benar mempercayaimu untuk menjadi benteng penguatnya agar tetap mampu berdiri kokoh.

Jangan remehkan perempuan, karena kamu tidak pernah sadar bahwa perempuan adalah manusia terkuat di dunia ini. Tidak secara fisik, melainkan secara hati dan perasaan. Maka mereka disebut... Tegar.

Chicy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar